Right Person, Wrong Time

Kaimaj
3 min readJan 6, 2024

--

ungkapan klise itu berputar di kepalaku. bersanding dengan suara berat fiersa besari yang tengah menyanyikan lagu waktu yang salah.

sejujurnya, kalau rasa dan orangnya tepat, waktunya tidak mungkin salah, kan? bukankah waktu yang salah itu hanya sebuah justifikasi atau pembenaran atas keadaan kita yang sebenarnya tidak tepat untuk bersama. mungkin memang dari awal aku bukan orang yang tepat untukmu dan begitupun sebaliknya. waktu tidak bisa jadi satu-satunya variabel yang disalahkan di sini.

kemudian aku akan membawamu menilik sedikit ke kisahku. dengan seorang laki-laki yang kukira adalah ‘orang yang tepat’ itu.

kuakhiri 2022 dengan pesan darinya. karena pesan itulah, aku tidak sabar menantikan 2023 bersamanya. kukira akan lebih banyak obrolan yang bisa kita sampaikan di tahun 2023, kukira kita akan berjalan perlahan sembari mengenal satu sama lain dengan pelan.

pelan-pelan kita mengobrol ringan, kemudian mengobrol lebih panjang, kemudian dia mulai menawarkan untuk pulang bersama setelah jam kerja, kemudian dia mulai menawarkan makan bersama di akhir pekan, kemudian kemudian kemudian.

kereta ini mulai terasa melaju terlalu cepat, aku sengaja mengutip lagu nadin amizah.

kemudian dia menyatakan perasaan.

hal terakhir yang mungkin dapat kuharapkan dari dia. sepuluh bulan bahagiaku tiba-tiba sirna. tentu saja jantungku berdebar tak karuan. sel otakku kelihatannya tengah membuat kekacauan.

waktunya tidak tepat.

atau memang sejak awal kita yang tidak tepat?

jawaban yang ia harap tak pernah terucap dariku. justru, kata-kata yang keluar dari mulutku secara magis membuat kita berubah menjadi orang asing. jangankan obrolan singkat, aku dan dia cenderung menghindari satu sama lain dan enggan untuk saling menyapa.

apakah perasaan itu nyata?

karena sekarang rasanya semua itu hanya khayal belaka. tidak ada jejak bahwa di sana pernah ada sesuatu yang singgah dan membuncah. semuanya kosong, menguap, menghilang.

dua puluh hari pertama, aku mencoba menerima. ya sudah, memang begitu hubungan manusia.

dua puluh hari selanjutnya, aku mulai gerah. dinding yang tadinya sanggup ku abaikan, kini rasanya ingin kuhancurkan.

ah, kini lagu lewis capaldi yang berputar.

And when I said we could be friends guess I lied
I wanna say I wish that you never left
Oh but instead I only wish you the best
I wanna say without you everything’s wrong
And you were everything I need all along
I wanna say I wish that you never left
Oh but instead I only wish you the best

tiap sudut yang ada di kota ini, entah bagaimana mengingatkanku padanya. lagu mungkinkah dan yang terdalam, makan malam usai olahraga, buku-buku self-improvement, sate taichan, naik motor di malam hari, jalan yang kita lalui ketika ia mengantarku pulang. kini semuanya terasa menyakitkan untuk diingat.

tapi ketika aku mati-matian menahan diri untuk tidak menjangkaunya. ia nampak lebih bahagia.

bukankah itu yang jauh lebih berharga?

lagi pula, aku yang mematahkan perasaannya, aku yang menjadikan kita asing, aku masalahnya. kenapa jadi aku yang marah kalau ia mengambil tindakan untuk melindungi perasaanya?

kuakhiri tahun 2023 dengan pesan darinya. pesan yang kini terasa kering, asing, dan hanya formalitas tentang bahasan pekerjaan. tak kunantikan tahun 2024 karena aku sudah dapat melihat bagaimana tahun itu akan berjalan tanpa ada dia.

kini, di awal tahun 2024, aku melepaskan perasaan itu. bukan hanya karena waktunya yang tidak tepat, tapi karena aku dan dia bukanlah kepingan yang tepat bagi satu sama lain.

6/1/2024

--

--

Kaimaj
Kaimaj

Written by Kaimaj

0 Followers

Welcome to the jungle

No responses yet