Part 10: Room for Two

Kaimaj
4 min readJul 5, 2022

--

Hari libur digunakan Kaavi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Gadis itu mulai dengan menulis transkrip wawancara. Telinganya mendengarkan rekaman wawancara dengan Jui sementara tangannya sibuk menari di atas papan ketik laptop.

Agenda bersih-bersih rumah Jui kemarin selesai menjelang senja. Sambil menunggu matahari terbenam sepenuhnya, Kaavi mengajukan beberapa pertanyaan pada Jui tentang bagaimana pendapat laki-laki itu soal aktivitas bersih-bersih mereka, bagaimana perasaan laki-laki itu, dan apakah bersih-bersih dapat menjadi ide yang baik untuk menghabiskan waktu selama liburan. Semua pertanyaan dijawab Jui dengan cepat dan lugas sehingga wawancara dapat selesai dalam waktu singkat.

Suara sandi pintu yang disentuh menyelinap di antara suara ketikan Kaavi. Gadis itu menghentikan rekaman suara yang terputar untuk menunggu seseorang masuk. Seseorang yang kini tengah tersenyum lebar sambil membawa tas punggungnya turun ke lantai.

“Nebeng nginep, ya. Nggak kuat gue kalau KRL-an ke rumah.”

Kaavi hanya berdeham. Pandangannya fokus kembali ke laptop. Ia melanjutkan rekaman suara sekaligus ketikannya yang hampir rampung. Begitu selesai, gadis itu memutar badannya ke belakang untuk melihat sosok yang kini tengah berbaring di sofanya.

“Sa, kayaknya gue harus mulai narik biaya sewa apartemen ke lo, deh.”

Daksa terduduk. “Pelit amat, sih, lo.” Ia kemudian berbaring lagi. “Gue bawain katsu, tuh, buat lo.” Tangan kirinya digunakan untuk menunjuk bungkusan di atas meja sementara tangan kanannya menutupi mata.

Wajah Kaavi langsung berseri. “Nginep terus aja gapapa, Sa. Hehehe.” Kaavi bangkit dari kursi kerjanya untuk membuka bungkus makanan yang dibelikan Daksa. Laki-laki itu hanya terkekeh pelan dengan mata yang masih tertutup. “Lo lembur lagi, ya, sama Sira?”

Daksa tidak menjawab, tapi Kaavi bisa merasakan kalau laki-laki itu mengangguk.

Usai melahap sebanyak dua gigitan, Kaavi menengadahkan kepala untuk melihat Daksa. Temannya itu sudah mulai terlelap. Kaavi dengan hati-hati meletakkan sumpitnya. Ia berdiri untuk mematikan lampu utama, membuat ruangan menjadi lebih remang. Kaavi duduk kembali di lantai untuk gigitan ketiga kemudian lagi-lagi berdiri menuju meja kerjanya.

Kaavi melanjutkan pekerjaannya. Kali ini ia memindahkan foto yang ada di kameranya ke laptop. Ia memilih beberapa foto untuk dimasukkan ke artikel. Ia berhenti lama pada foto Jui yang hendak mengangkat tirai yang telah kering. Wajah Jui tidak tampak pada foto itu, hanya lengan kirinya yang tampak memegang sisi tirai. Kaavi berpikir, bisakah ia menggunakan foto itu pada artikelnya. Ia menengok jam untuk memutuskan apakah masih wajar bila mengirim pesan pada Jui. Namun, detik berikutnya ia memilih mengurungkan niat. Sepertinya terlalu dini untuk memunculkan Jui di artikel setelah dua tahun laki-laki itu menghilang dari publik.

Kaavi mengedit foto dengan cepat. Untuk jenis foto yang muncul pada fall of the radar section, penyesuaian yang perlu dilakukan hanya pada kontras dan kecerahan. Oleh karena itu, tidak perlu banyak penyuntingan pada foto yang telah dipilih Kaavi.

Kaavi mengambil jeda. Ia lagi-lagi kembali pada katsunya. Gadis itu makan lebih banyak dibanding sebelumnya. Ia menuntaskan makanannya setelah beberapa saat, diikuti dengan Daksa yang terbangun dari tidurnya.

Kaavi baru saja kembali dari mencuci tangan ketika Daksa terduduk sambil mengucek salah satu matanya. “Lah, tidur lagi aja.”

Daksa meregangkan lehernya kemudian menggeleng. “Mau ngedit artikel dulu.”

Kaavi menautkan alisnya. “Edit artikel tugasnya editor kali, Sa.” Ia berjalan ke kulkas untuk memberikan minuman dingin pada Daksa. “Kalau nggak malah Sira yang harus edit sebelum dikasih ke editornya.”

“Katanya laptopnya rusak, tadi aja kita pakai komputer kantor.” Daksa menguap di akhir kalimat.

Kaavi mengambil bantal sofa yang ada di samping Daksa. Kaavi lalu memukulkan bantal ke wajah Daksa pelan. Daksa menengadah, memandang Kaavi yang posisinya lebih tinggi karena berdiri di sampingnya, menanyakan perlakuan Kaavi barusan tanpa suara.

“Tidur lo. Deadline masih Jumat. Nggak usah buru-buru.”

“Nggak usah pakai mukul segala lagi,” balas Daksa begitu paham maksud pukulan bantal Kaavi. “Suka-suka gue, lah. Lo aja ngerjain artikel lo sekarang.”

Kaavi membawa kedua tangannya tersilang. “Soalnya minggu ini gue sibuk.”

“Sibuk apaan?”

Kaavi tersenyum sebelum menjawab. “Gue mau ikut liputan Rona sama Kamila Haral.”

Daksa mengikuti pose Kaavi yang menyilangkan tangan. “Gue juga.”

“Dih, lo ngapain ikutan? Lo kira kita mau piknik? Main ikut aja.”

“Gue juga mau lihat Kamila Haral kali. Secantik apa dia di real life.”

Kaavi tiba-tiba bersemangat. Ia mendudukan diri di lantai untuk mulai bercerita pada Daksa. “Cantik banget, Sa. Gue waktu itu ketemu di coffee shop bawah. Ramah banget lagi.”

“Kok lo nggak ngabarin gue kalau ketemu artis?!”

Kaavi memutar bola matanya. “Duh, gue aja lupa gara-gara keburu ditelepon Jui Juvistha.”

Kaavi mulai menceritakan banyak hal tentang hari pertemuannya dengan Kamila. Daksa mendengarkan dengan seksama cerita Kaavi. Tiba-tiba saja, kedua sudut bibir Daksa terangkat membentuk senyuman tipis. Tangan Daksa bergerak ke puncak kepala Kaavi, membuat gadis itu menghentikan ceritanya.

“Tidur lo.” Senyuman Daksa berubah jadi seringai. “Udah satu jam lo nyeritain Kamila Haral. Gue capek dengernya!” elusan pada kepala Kaavi berubah menjadi jambakan.

Kaavi mengaduh sambil melepas tangan Daksa dari kepalanya. “Sialan, ya, lo!” Kaavi mengelus rambutnya yang habis dijambak oleh Daksa sementara laki-laki itu tertawa puas.

Kaavi bangkit dengan tangan yang masih diletakkan di atas kepala.

“Ya udah, gue tidur dulu, Sa.” Gadis itu akhirnya menurunkan tangannya setelah beberapa saat. “Tidur di kamar aja lo. Di sini banyak nyamuk.”

Daksa mengangguk-angguk. Pandangannya telah teralih pada laptop. “Gampang nanti.”

“Jangan kemaleman tidurnya.”

“Iya sayang.”

Kaavi mengeluarkan decihan sebagai penanda berakhirnya percakapan malam itu.

Gambaran Daksa yang mulai ngedit sambil setengah ngantuk

--

--

Kaimaj
Kaimaj

Written by Kaimaj

0 Followers

Welcome to the jungle

No responses yet