cerita kali ini akan lebih cocok dibaca sambil mendengarkan lagu broken vow-nya lara fabian.
long story short, aku merelakanmu.
kedekatan kita yang melewati tiga musim hujan ini, kelihatannya harus berakhir. dari awal pun aku tahu, bahwa tidak pernah ada masa depan di dalamnya. hanya saja, punya harapan kosong dan menunda perpisahan sudah menjadi tabiat.
dalam ingatanku, kamu adalah seorang laki-laki berprinsip dan idealis. kamu tidak banyak bicara dan aku lebih banyak mengenalmu dari tulisanmu. kamu terlihat keren dan akan selalu begitu.
hanya saja, belakangan pandanganku yang kabur jadi lebih jernih. hal-hal yang tadinya tak nampak atau yang nampak namun kuabaikan ketika kita dekat, kini jadi lebih jelas.
sifat kita yang berlawanan, sifat-sifatmu yang tidak kusukai, dan pandangan orang lain padamu kini muncul satu persatu. entahlah, apakah kamu yang berubah atau sejak awal semuanya memang seperti itu?
aku tidak berniat menjelek-jelekkanmu atau mengolokmu, aku tak ingin menjadikan itu sebagai coping mechanism-ku dari perpisahan kita.
tapi paling tidak, hal-hal itu membuat perpisahan ini jadi makin mudah.
aku tidak pernah benar-benar mengenalmu, paling tidak itu akan menjadi satu alasan kuat mengapa aku harus melupakanmu.
dan kamu tidak pernah bisa benar-benar melupakan masa lalumu, itu juga akan menjadi alasan yang kuat mengapa aku harus meninggalkanmu.
akhirnya, kita telah sampai di ujung jalan yang bersimpang. aku akan pergi ke arah berlawanan darimu. tidak akan ada lagi perasaan yang kugantungkan pun jua harapan yang kugenggam.
kuharap kamu pun juga begitu, menemukan kebahagian, entah bersua kembali dengan masa lalumu atau menemukan orang baru.
tiga musim hujan ini aku terus merasa bahwa aku bahagia bersamamu karena kita tertawa bersama, nyatanya kita masih menangisi orang yang berbeda ketika kita sendirian.
kamu pantas bahagia.
dan aku pun juga begitu.
dan kebahagiaan itu bukanlah ketika kita bersama-sama, melainkan ketika kita saling melepaskan.
